"The Nanking Massacre." Brutalnya Tentara Jepang Ketika Menginvasi China | Perang Jepang - China

Daftar Isi

Pada 13 Desember 1937, tentara Jepang merebut ibu kota Chiang Kaishek di Nanjing. Yang terjadi selanjutnya adalah salah satu episode paling mengerikan dalam konflik China-Jepang yang panjang.

Pasukan Jepang diizinkan berminggu-minggu melakukan kekerasan tanpa hambatan terhadap penduduk yang tak berdaya.  Jumlah orang Cina yang terbunuh dalam pembantaian itu telah menjadi bahan perdebatan, dengan perkiraan paling banyak berkisar antara 100.000 hingga lebih dari 300.000.

Penghancuran Nanjing—yang pernah menjadi ibu kota Cina Nasionalis dari tahun 1928 hingga 1937—diperintahkan oleh Jendral Matsui Iwane, komandan Tentara Jepang untuk Front Cina Tengah yang merebut kota itu.

Rape of Nanking
Seorang gadis 16 tahun yang telah diperkosa beramai-ramai dan terinfeksi penyakit kelamin oleh tentara Jepang selama Pembantaian Nanking. (Photo: Wikimedia Commons)


Selama beberapa minggu berikutnya, tentara Jepang melaksanakan perintah Matsui, dengan melakukan banyak eksekusi massal dan pemerkosaan terhadap 10-20ribu perempuan China. Prajurit Jepang berlomba-lomba memenggal ribuan tentara tawanan perang dan warga sipil China. Dari bayi, anak-anak hingga perempuan tidak luput dari pembantaian.

Tentara menjarah dan membakar kota-kota dan kota di sekitarnya, menghancurkan lebih dari sepertiga bangunan. Pada tahun 1940 Jepang menjadikan Nanjing sebagai ibu kota pemerintahan boneka Tiongkok yang dipimpin oleh Wang Ching-wei (Wang Jingwei).

Tak lama setelah berakhirnya Perang Dunia II, Matsui dan Tani Hisao, seorang letnan jenderal yang secara pribadi berpartisipasi dalam tindakan pembunuhan dan pemerkosaan, dinyatakan bersalah atas kejahatan perang oleh Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh dan dieksekusi.


Sumber: Britannica.com

Posting Komentar