Tradisi Pemotongan Rambut Gimbal Dieng Banjarnegara
Daftar Isi
Pemotongan rambut gimbal, foto via https://jateng.tribunnews.com/ |
Sejarah rambut gimbal
Konon diceritakan Kyai Kolodete dipercaya sebagai orang pertama yang bertempat tinggal dan membuka hutan di Dataran Tinggi Dieng. Kyai Kolodete adalah anak Kyai Badar, perangkat desa di masa kejayaan Mataram.Kyai Kolodete saat masih muda dikenal memiliki rambut gimbal. Selain mempunyai ilmu tinggi, Kolodete juga dikenal sebagai sosok Kyai pengayom yang disegani musuh, dicintai teman dan warganya. Kyai Kolodete dipercaya merupakan orang yang mendirikan pemukiman penduduk dan tinggal di Dataran Tinggi Dieng.
Saat Kyai Kolodete meninggal, Beliau tidak meninggalkan jasad. Menurut kepercayaan masyarakat Dataran Tinggi Dieng, Kyai Kolodete moksa yaitu hilang tanpa bekas. Roh atau sukma Kyai Kolodete menitis atau menurun pada anak kecil sehingga menjadi gimbal. Kyai Kolodete mencoba mendalami makna hidup di tengah kesepian dan memohon kepada Tuhan agar pada masa yang akan datang masyarakat yang tinggal di Dataran Tinggi Dieng diberi kemakmuran. Hingga kini anak yang terlahir dengan rambut gimbal masih dipercaya sebagai titisan Kyai Kolodete.
Permintaan anak harus dikabulkan
Tradisi masyarakat Dataran Tinggi Dieng mengharuskan seorang anak yang berambut gimbal melakukan upacara pemotongan rambut gimbal. Upacara pemotongan rambut gimbal akan dilangsungkan setelah si anak mengajukan permintaan kepada orang tuanya. Menurut kepercayaan masyarakat Dataran Tinggi Dieng, permintaan tersebut harus dipenuhi karena bila tidak si anak akan sakit-sakitan bahkan bisa berujung pada musibah.Upacara pemotongan rambut gimbal bertujuan untuk menghilangkan rambut gimbal agar si anak memiliki rambut yang nomal, memperoleh keberkahan dan kesehatan. Sebelum upacara pemotongan
rambut dilaksanakan biasanya akan dipertunjukkan beberapa kesenian tradisional untuk menghibur masyarakat. Setelah pertunjukkan usai barulah proses upacara pemotongan rambut dilaksanakan. Pemotongan rambut dilaksanakan oleh tokoh masyarakat setempat dengan didampingi oleh pemangku adat.
Pemotongan rambut gimbal selesai, kemudian dilaksanakan penyerahan benda-benda yang sebelumnya telah diminta oleh anak tersebut. Rambut yang telah dicukur dibungkus dengan kain putih kemudian dilarung atau dihanyutkan di telaga warna atau ke sungai. Hal ini sebagai symbol pengembalian balak yang dibawa oleh sang anak kepada para dewa. Masyarakat setempat percaya bahwa tradisi pemotongan rambut gimbal ini akan membuat sang anak bebas dari segala macam penyakit serta mendatangkan rezeki.
Baca juga:
Upacara Adat di Banjarnegara | Nyadran Gedhe
Tradisi Tedhak Siten - Ritual Saat Pertama Kali Menginjakan Kaki ke Tanah
Upacara Ngaseuk Pare di Banten | Mengenal Tradisi di Indonesia
sumber:
Mulok Dawet Ayu Banjarnegara
Posting Komentar