Kedatangan Bangsa Belanda di Indonesia (Nusantara) | Latar Belakang dan Kebijakan

Daftar Isi

Latar Belakang kedatangan Bangsa Belanda di Wilayah Nusantara

Beberapa hal yang mendasari kedatangan Bangsa Belanda di wilayah Nusantara adalah sebagai berikut:

Pada abad XIV, Kesultanan Turki tidak lagi menguasai sebagian besar Eropa dan Asia Timur. Daerah-daerah bekas kekuasaan Turki kembali dikuasai negara-negara Kristen khususnya Portugis, sehingga Lisabon kembali menjadi pusat perdagangan rempah-rempah di Eropa.

Pada tahun 1568 terjadi perang Delapan Puluh Tahun antara Nederland dengan Spanyol, mengakibatkan perdagangan Belanda di Eropa Selatan menjadi tidak lancar, lebih-lebih sesudah Spanyol berhasil menduduki Portugal pada tahun 1580.

Harga rempah-rempah di Eropa tinggi karena kapal dagang Belanda dilarang membeli rempah rempah dari Lisabon, sejak Portugis dikuasai oleh Spanyol.

    Jalur pelayaran perdagangan rempah-rempah, photo via https://ontdekkingsreizigers.jouwweb.nl/cornelis-de-houtman

    Ekspedisi Cornelis De Houtman

    2 April 1595 kapal-kapal Pedagang Belanda dipimpin oleh Cornelis de Houtman dan Pieter de Keyser bertolak dari pangkalan Tessel, Belanda Utara. Cornelis de Houtman mengepalai urusan perdagangan, dan Pieter de Keyser mengepalai urusan navigasi. Ekspedisi ini berhasil mendarat di pelabuhan Banten pada tanggal 23 Juni 1596.

    Dikarenakan perilaku dan sikapnya kurang bersahabat, Cornelis De Houtman diusir dari Banten. Dari Banten Cornelis de Houtman kemudian menuju ke Bali. Setelah membeli rempah-rempah, rombongan kembali ke Belanda.

    Ekpedisi Jacob Van Neck

    Pada tanggal 1 Mei 1598 rombongan kedua pedagang Belanda berangkat dari Nederland menuju Indonesia dengan armada berjumlah delapan buah kapal yang di pimpin oleh Jacob van Neck dibantu oleh van Waerwijk dan van Heemskerck. 

    Pada tanggal 28 Nopember 1598 armada Belanda yang dipimpin oleh Jacob Van Neck ini tiba di Banten. Kedatangan Van Neck diterima baik oleh rakyat Banten karena tingkah lakunya berbeda dengan pendahulunya. Pengalaman pertama yang dilakukan De Houtman yang merugikan itu rupanya dijadikan pelajaran.


    Jacob van Neck kemudian mendarat pula di bandar-bandar pantai utara Jawa bahkan sampai pula di Maluku. Keberhasilan Jacob van Neck kemudian diikuti oleh kapal- kapal dagang Belanda yang lain, sehingga berbondong-bondong orang-orang Belanda datang ke Indonesia. 


    Berdirinya VOC

    Untuk menghindari persaingan sesama pedagang Belanda, maka atas usul Johan van Oldenbarnevelt pada tahun 1602 dibentuklah  VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) dengan modal awal 6,5 juta gulden dan berkedudukan di Amsterdam. Tujuan didirikannya VOC yaitu untuk mencari laba sebanyak-banyaknya, di samping untuk memperkuat kedudukan Belanda melawan kekuasaan Portugis dan Spanyol. Pada bulan Nopember 1611 VOC berhasil mendirikan kantor dagang di Jayakarta dengan mengangkat Gubernur Jenderal VOC yang pertama yaitu Pieter Both.

    VOC mendapatkan hak istimewa dari pemerintah Belanda yaitu Hak Octrooi (Oktroi) yang berupa:
    • Hak monopoli perdagangan.
    • Hak memiliki tentara, mendirikan benteng, dan menjajah suatu wilayah
    • Hak mengadakan perjanjian dengan penguasa atau raja-raja setempat
    • Hak mencetak, memiliki dan mengedarkan mata uang sendiri
    • Hak mengangkat pegawai sendiri dan membuat peradilan sendiri (justisi)
    Setelah mendapatkan Hak Oktroi, VOC berhasil pula melakukan intervensi pada bidang pemerintahan dan sedikit demi sedikit menguasai kerajaan-kerajaan di nusantara, selama kurang lebih dua setengah abad.

    Kebijakan VOC di Indonesia

    Kedudukan VOC di Indonesia semakin kuat setelah berhasil menyatukan seluruh kantor-kantor dagang di daerah-daerah yang dikuasai oleh perusahaan dagang Belanda. Kantor Pusat VOC pun pada tahun 1619 dipindahkan dari Ambon ke Batavia oleh Jan Pieterszoon Coen. Pemindahan kantor pusat ke Batavia berdasarkan pertimbangan bahwa letaknya sangat strategis di dekat Selat Malaka, sehingga VOC dapat mengawasi Portugis di Malaka.

    Untuk memperkuat kedudukannya di Indonesia. VOC berusaha mengusir semua saingan perdagangannya. Pada tahun 1641 VOC berhasil menguasai Malaka. Pada tahun 1641 Malaka direbut
    VOC dari tangan Portugis. Pada tahun 1667 EIC pun mengakui kekuatan VOC.

    Pada akhir abad ke-17. VOC benar-benar telah berhasil mecengkeramkan kekuasaannya di Indonesia. Setelah berkuasa Indonesia, VOC mengeluarkan kebijakan- kebijakan yang sangat merugikan rakyat sehingga menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan rakyat.

    Adapun kebijakan-kebijakan VOC di Indonesia adalah sebagai berikut
    • Monopolil perdagangan rempah-rempah, yaitu membeli rempah rempah dengan harga yang sangat murah
    • Melaksanakan Pelayaran Hongi, yaitu pelayaran dengan menggunakan kapal kora-kora yang dipersenjatai guna mengawasi pelaksanaan monopoli.
    • Contingenten (Penyerahan Wajb) yaitu rakyat harus menyerahkan hasil bumi kepada VOC sebagai pajak
    • Verplichte Leverantie yaitu rakyat harus menjual hasil bumi kepada VOC dengan harga yang sangat murah

    VOC juga memiliki hak Ekstirpasi yaitu hak untuk memusnahkan tanaman rempah-rempah yang melebihi jumlah yang telah ditentukan oleh VOC. Hak Ekstirpasi diterapkan oleh VOC di Malaka untuk membatasi taaman cengkeh dan pala sehingga harga komoditas tersebut tetap stabil.

    VOC juga memiliki kebijakan lain yang sangat menyengsarakan rakyat yaitu kebijakan Prianger Steelsel, yang mewajibkan rakyat untuk menanam kopi. Tindakan VOC yang sewenang-wenang membangkitkan perlawanan rakyat seperi di Mataram, Banten, Makassar dan Maluku.

    Kebangkrutan VOC di Indonesia

    Setelah menancapkan kekuasaan di Nusantara selama 200 tahun lamanya VOC mengalami kemunduran dan kebangkrutan. Tanggal 31 Desember 1799 VOC resmi dibubarkan. Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran VOC adalah sebagai berikut:
    • VOC menghadapi kesulitan keuangan yang disebabkan oleh korupsi, membayar gaji pegawai, membiayai perang menghadapi perlawanan rakyat, serta membiayai pemeliharaan benteng-benteng VOC di Indonesia.
    • Prajurit VOC banyak yang tewas menghadapi perlawanan rakyat
    • Luasnya wilayah kekuasaan VOC sehingga sulit untuk mengatur dan mengawasinya
    • Adanya saingan dagang dari kongsi dagang lain seperti East Indian Company (EIC) Inggris.

    Baca juga:
    Kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia (Nusantara)
    Kedatangan Bangsa Spanyol di Indonesia (Nusantara)
    Azhar Titan Bukan siapa-siapa

    Posting Komentar