Pangeran Diponegoro, Pembagian Tugas Perlawanan Melawan Kolonial Belanda

Daftar Isi
Perang Diponegoro

Bagian sebelumnya:
Perjuangan Pangeran Diponegoro Menentang Kolonialisme Belanda

Pembagian tugas perlawanan

Dalam melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda, maka diatur pembagian tugas untuk melawan Belanda sebagai berikut:
  • Pangeran Adinegoro ditugaskan mengadakan perlawanan terhadap Belanda di daerah-daerah sekitar Yogyakarta. 
  • Pangeran Ontowiryo dengan didampingi oleh Tumenggung Danukusumo diberi tugas melakukan perlawanan di daerah Begelan. Pangeran Ontowiryo adalah putra Pangeran Diponegoro yang kemudian juga memakai gelar Pangeran Diponegoro. 
  • Pangeran Adiwinoto didampingi oleh Tumenggung Joyomustopo ditugaskan memimpin perlawanan di daerah Lowanu. 
  • Pangeran Adisuryo dan putranya, Pangeran Sumonegoro ditugaskan mengadakan perlawanan di daerah Kulon Progo. 
  • Tumenggung Cokronegoro memimpin perlawanan di daerah Gamblong. 
  • Paman dari Pangeran Diponegoro, yaitu Pangeran Joyokusumo (terkenal dengan nama Pangeran Bei) ditugaskan untuk memimpin perlawanan di daerah sebelah utara Yogyakarta. Pangeran Bei dibantu oleh Tumenggung Surodilogo. 
  • Pimpinan perlawanan di daerah Yogyakarta bagian timur diserahkan kepada Suryonegoro dan Suronegoro, Sumodiningrat dan Joyowinoto. 
  • Perlawanan di daerah Gunung Kidul dipimpin oleh Pangeran Singosari dan Warsekusumo. 
  • Perlawanan di daerah Pajang diserahkan kepada Mertoloyo, Wiryokusumo, Sindurejo dan Dipodirjo. 
  • Perlawanan di daerah Sukowati dipimpin oleh Kartodirjo, 
  • Pangeran Serang memimpin perlawanan di daerah sekitar Semarang. 
  • Perlawanan di daerah Madiun, Magetan dan sekitarnya dipimpin oleh Mangun Negoro. 
Setelah semua pasukan siap, masing-masing kelompok menuju ke tempat tugasnya ditugaskan


Jalannya Peperangan

Berita insiden bersenjata di Tegalrejo segera sampai di pusat kekuasaan Belanda di Batavia. Pada tanggal 29 Juli 1825 Gubernur Jenderal Van der Capellen mengirim Letnan Jenderal Hendrik Marcus de Kock ke Surakarta. Di Surakarta, Sunan Paku Buwono ternyata tidak memihak Diponegoro. Melalui Sunan, Belanda mendapatkan keterangan tentang keadaan Yogyakarta

Dalam hubungan ini perlu disebut masuknya seorang ulama terkenal dari Desa Mojo, daerah Surakarta, ke dalam pasukan Diponegoro. Dasar keagamaan segera ditanamkan di kalangan para pengikut. Semboyan Perang Sabil disiarkan, baik di kalangan mereka yang telah berkumpul di Selarong, maupun mereka yang berada di daerah-daerah.

Propaganda perang melawan kapir juga dilakukan dan mendapat sambutan dari rakyat di daerah Kedu. Dengan demikian peperangan mulai meletus. Dari jalannya perang, nampak jelas bahwa pada masa permulaan perang, pasukan Diponegoro berhasil bergerak maju merebut beberapa daerah, seperti Pacitan pada tanggal 6 Agustus 1825 dan Purwodadi pada tanggal 28 Agustus 1825. Dalam awal pertempuran, kekuatan militer Belanda tidak begitu besar.

Daerah pertempuran makin lama makin meluas. Di daerah Kedu terjadi pertempuran sengit di Desa Dinoyo. Di sini pasukan Diponegoro menghadapi lawan yang besar sekali jumlahnya. Mereka terdiri dari 2000 orang, yaitu gabungan antara pasukan Belanda dan pasukan Tumenggung Danuningrat, bupati Kedu yang memihak pada Belanda.

Seconegoro dan Kertonegoro segera minta bantuan ke Selarong. Dari Selarong dikirim bantuan prajurit Diponegoro yang terkenal berani. Pasukan Bulkiya ini di bawah pimpinan Haji Usman Alibasah dan Haji Abdulkadir. Seconegoro memimpin barisan sayap kanan, sedang Kertonegoro memipin barisan sayap kiri. Adapun pasukan Bulkiya bertindak sebagai dada pasukan. Akhirnya pasukan Belanda dapat dipukul mundur dan bupati Kedu, Tumenggung Danuningrat tewas dalam pertempuran ini. Pasukan Bulkiya berhasil merampas beberapa pucuk senapan dan meriam serta pelurunya.

Pangeran Diponegoro dinobatkan menjadi sultan

Sementara itu di Selarong, Pangeran Diponegoro menerima surat dari Jenderal de Kock di Surakarta, tertanggal 7 Agustus 1825 yang isinya menanyakan tentang tujuan perlawanan, Di samping itu de Kock berjanji akan memberi jaminan keamanan pada Pangeran Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi serta pengikutnya dan bersedia mengadakan perundingan perdamaian. Pangeran Mangkubumi segera menjawab bahwa maksud Diponegoro hanya ingin mengislamkan Tanah Jawa.

Pangeran Diponegoro bersedia berunding asal de Kock menentukan hari dan tempatnya. Maka dimulailah persiapan perundingan di pihak Diponegoro. Oleh para ulama, Diponegoro dinobatkan sebagai Sultan dengan gelar Sultan Ngabdulhamid Erucokro Kabiril Mukminin Khalifatullah Jawa. Jawaban dari de Kock tentang hari dan tempat perundingan ternyata tidak juga datang, sementara itu pula Diponegoro tetap mengobarkan api perlawanan.

Dalam pertempuran di daerah Semarang, tanggal 11 September 1825 Pangeran Serang berhadapan dengan Belanda. Untuk menumpas perlawanan rakyat ini, Jenderal de Kock mengerahkan semua kekuatan pasukan Belanda. Opsir-opsir yang bertugas di Jawa maupun di luar Jawa ditarik untuk menghadapi Diponegoro.

Jenderal van Geen yang bertugas di Bone tiba di Semarang pada awal bulan September 1825. Jenderal ini kemudian ditugaskan menumpas perlawanan Pangeran Serang di Semarang, Semarang akhirnya jatuh, akan tetapi Pangeran Serang berhasil meloloskan diri ke daerah Sukowati dan terus mengadakan perlawanan bersama Tumenggung Kartodirjo.

Rembang, Blora, Rajegwali (Bojonegoro) dan Sukowati dengan perlawanan yang keras akhirnya dapat dikuasai Belanda. Kartodirjo tertangkap, sedang Pangeran Serang berhasil menyingkir ke Madiun untuk bergabung dengan pasukan Diponegoro yang ada di sana. Dalam pertempuran tanggal 9 Desember 1825 Madiun jatuh ke tangan Belanda, sehingga Pangeran Serang bersama-sama dengan Pangeran Sukur, mundur ke Yogyakarta untuk menggabungkan diri dengan pasukan Diponegoro.

Perlawanan di berbagai daerah tersebut merupakan penghalang kekuatan untuk menyerbu markas besar Diponegoro di Serang. Belanda harus menumpas perlawanan di banyak daerah ini satu per satu. Letnan Kolonel Clecrens bertugas di Tegal dan Pekalongan, sedang perlawanan di Banyumas diserahkan pada Letnan Kolonel Diell.

Bersambung ke Serangan Belanda ke Selarong

Azhar Titan Bukan siapa-siapa

Posting Komentar