Penumpasan DI/TII di Jawa Tengah | Penumpasan Pemberontakan Batalyon Yon-426
Daftar Isi
1). Perintah kepada Mayor TII Mughny untuk melarikan Yon 423 pimpinan Mayor Basuno yang saat itu sedang bertugas di daerah GBN
2). Laporan hasil Pelaksanaan tugas dari Mayor TII Mughny.
Setelah diadakan penyelidikan secara cermat maka atas perintah Panglima Divisi Diponegoro ditangkap 3 orang Perwira Yon-423 untuk dilakukan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan 3 orang Perwira tersebut mengakui sebagai penghubung antara DI dan Yon-423 yang tersingkap pula bahwa didalam tubuh Yon-426 terdapat beberapa Perwira yang terlibat DI/TII. Dari hasil pemeriksaan itu maka Panglima Divisi Diponegoro pada tanggal 7 Desember 1951 memerintahkan Mayor Munawar dan Kapten Sufjan selaku Komandan dan Wakil Komandan Batalyon-426 untuk menghadap.
Ternyata hanya Mayor Munawar sendiri yang menghadap, sedangkan Kapten Sufjan membangkang bahkan menyatakan berani menanggung segala resiko akibat tindakannya dengan nada yang menantang.
Untuk menghadapi gejala-gejala pemberontakan tersebut, pada tanggal 7 Desember 1951 Panglima Divisi Diponegoro mengeluarkan Keputusan siasat Nomer. 15-D/K-II/0-II1/1951 yang ditunjukan kepada Komandan Komandan Brigade. Keputusan siasat Panglima Divisi Diponegoro segera dilaksanakan dan dimulai saat itu Komandan-komandan Brigade segera menggerakkan Satuan-satuan bawahannya.
Pada tanggal 8 Desember 1951 jam 05.00 Komandan Batalyon-424 memberikan ultimatum kepada Kapten Sufjan untuk menyerahkan diri. Dari fihak Batalyon-426 minta waktu 10 menit untuk berpikir. Pada waktu Markas Batalyon-426 dikepung oleh 3 Batalyon, belum lagi 10 menit sudah mulai terdengar tembakan-tembakan Batalyon-426. Pengepungan sampai petang hari, tetapi tidak ada tanda-tanda berhasil.
Waktu itu hujan turun dengan derasnya. Kesempatan ini digunakan oleh Batalyon-426, dengan diam-diam mereka meloloskan diri melalui selokan belakang asrama guna melebarkan sayapnya. Setelah mereka lolos dari pengepungan maka Batalyon-424 terus melakukan pengejaran tanpa memberikan istirahat kepada Batalyon-426. Pada tanggal 20 Desember 1951 Batalyon-426 berhasil pula meloloskan diri dari daerah Semarang, Pati menuju Surakarta dan selanjutnya ke daerah Klaten.
Menghadapi pemberontakan Batalyon-426 didaerah Surakarta ini, berdasarkan Instruksi Siasat Panglima Divisi Diponegoro No 16/D/K-11/B-111/1951 tanggal 19 Desember 1951, maka tugas pengejaran dan penghancuran dibebankan kepada Brigade Mangkubumi, Pangeran Senopati dan Pragola. Gerakan ini disebut Operasi Sapta Marga Merdeka Timur V (OMT V) dan langsung dipimpin oleh Kepala Staf Divisi Diponegoro Letkol M. Bahrun.
Pengejaran terus dilaksanakan dan terjadilah pertempuran yang sengit pada tanggal 5-1-1952 di daerah Tanggalan Pedan. Komandan Batalyon 417 Mayor Sunaryo gugur sebagai Kusuma Bangsa sedang dipihak pemberontak juga banyak menderita korban, bahkan ex Kapten Sufjan sendiri luka berat terkena tembakan dan akhirnya tewas disuatu tempat yang dirahasiakan oleh pemberontak.
Persiapan Penumpasan Pemberontakan Batalyon Yon-426, Photo via kaskus |
Karena tekanan yang terus-menerus dari TNI maka sisa pemberontakan dibawah Mochjidin, Yuslam dan AG. Ismail berusaha meloloskan diri ke daerah GBN. Pengejaran terus dilakukan Batalyon-413, 408 dan 414. Namun demikian dengan susah payah dan banyak menderita korban sisa pemberontak Batalyon-426 akhirnya dapat masuk dan bergabung dengan DI/TII di daerah Tegal-Brebes.
Posting Komentar